Rabu, 23 Januari 2013

Kiat Memilih Referensi Wisata


Seiring bertambahnya minat berwisata di kalangan masyarakat, berkembang pula industri buku dan website referensi wisata. Bagaimana memilih yang tepat untuk dijadikan referensi? Berikut kiatnya:

Sebelum berangkat ke tujuan wisata, ketahui dahulu ada apa saja di sana. (Photodisc/Jeremy Maude)

1. Kelengkapan
Yang paling penting Anda perhatikan dalam memilih referensi adalah, seberapa lengkap sebuah buku/website membahas tempat wisata tujuan Anda? Sebuah panduan mengenai Yogyakarta, misalnya, seharusnya tidak semata-mata membahas tempat wisata yang ada di kota tapi juga yang berada tak jauh dari situ — seperti candi Borobudur, Prambanan, dan lain-lain.

Buku panduan perjalanan seperti Lonely Planet termasuk salah satu yang menjelaskan tempat yang berurutan berdasarkan wilayah sehingga kita dapat merencanakan perjalanan sekaligus dari barat ke timur tanpa harus bolak-balik. Selain itu, setiap tempat dibahas dengan mendalam. Tidak hanya menyebutkan lokasi dan cara ke sebuah museum, misalnya, tetapi juga sejarah pembangunan, gaya arsitektur, dan sebagainya.

Bila ingin mendapat gambaran sekilas tentang “ada apa di tempat tersebut dan bisa ngapain aja?”, silakan mencari di internet dengan kata kunci: [nama tempat] + tourism. Atau cari di WikiTravel.

2. Transportasi
Pembahasan rinci tentang transportasi suatu daerah sangat vital, terutama bila daerah yang dibahas cukup luas dengan kondisi transportasi yang lumayan membingungkan bagi pendatang. Yang dimaksud dengan pembahasan rinci bukan hanya definisi masing-masing moda, tetapi juga wilayah operasi, waktu tempuh, kelebihan dan kekurangan, juga trik penggunaannya termasuk cara menawar.

Referensi seperti ini bisa didapat dari buku Lonely Planet atau forum seperti TripAdvisor dan VirtualTourist. Kalau ingin mengetahui waktu tempuh dan moda transportasi, gunakan Google Maps dan masukkan tujuan Anda — sebagian peta di negara maju sudah terintegrasi dengan informasi transportasi umum. Catatan dari saya, bila di Google Maps dikatakan waktu tempuh berjalan kaki selama 5 menit, kenyataannya minimal harus dikali 2 bahkan 3 kali lamanya.

3. Akomodasi
Keterangan tentang akomodasi biasanya dibagi berdasarkan kategori. Kalau di Indonesia selain kategori bintang untuk hotel menengah dan besar, ada juga kategori melati untuk hotel kecil atau beberapa menyebutnya losmen. Di luar negeri lain lagi sebutannya, ada hostel, “guest house”, “dorm” dan “bed and breakfast”. Pada dasarnya semua kategori itu dibuat berdasarkan harga dan fasilitas. Biasanya akomodasi tidak dibahas secara rinci mengingat orang sudah bisa mendapat gambaran melalui kategori di atas. Namun carilah yang mengulas tentang kelebihan dan kekurangan akomodasi yang ditulis langsung oleh tamu yang menginap, misalnya situs Hostelbookers, Hostelworld, atau TripAdvisor.

4. Anjuran dan pantangan
Sebagai tamu di suatu daerah, tentu kita harus menjaga perilaku dan mengikuti aturan setempat. Maka pilihlah referensi yang juga membahas soal adat dan budaya, termasuk anjuran dan pantangan, seperti buku Lonely Planet atau Rough Guide, apalagi jika Anda bermaksud pergi ke daerah yang jarang didatangi wisatawan.

Contohnya, informasi tentang hal-hal yang tidak pantas dibawa ke dalam percakapan dengan orang lokal dan penipuan yang sering terjadi pada turis. Misalnya supir tuktuk yang membawa ke toko perhiasan tanpa persetujuan di depan. Informasi semacam ini penting diketahui, namun juga tetap dengarkan saran warga lokal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar